PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk adalah sebuah perusahaan efek yang awalnya didirikan di Jakarta pada tanggal 22 Februari 1993 dengan nama PT Istethmar Finas Securities. Pada tanggal 13 September 1999 berubah menjadi PT Ludlow Securities dan selanjutnya berganti nama menjadi PT Reliance Securities dan bergabung ke dalam Reliance Group pada tanggal 7 Maret 2003.
Pada tanggal 13 Juli 2005 Perseroan mencatatkan sahamnya pada Bursa Efek Indonesia dengan kode saham "RELI". Pada 17 April 2017 Perseroan berganti nama menjadi PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk.
Contact Info
SOHO WESTPOINT
Kota Kedoya, Jl. Macan Kav 4-5
Kedoya Utara, Kebon Jeruk
DKI Jakarta 11520
BEI Buka Gembok Dua Saham Ini, AKSI Dalam Pengawasan
CSO
18 Dec
EmitenNews.com - Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali mengizinkan perdagangan saham PT Grand House Mulia Tbk (HOMI) dan PT Satria Antaran Prima Tbk (SAPX) setelah sebelumnya disuspensi. Berdasarkan evaluasi dan pencermatan, suspensi kedua saham ini dibuka mulai sesi I perdagangan pada Rabu (18/12) di pasar reguler dan pasar tunai.
"Suspensi atas perdagangan saham HOMI dan SAPX di pasar reguler dan pasar tunai dibuka kembali mulai sesi I tanggal 18 Desember 2024," jelas Yulianto Aji Sadono, Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI, dalam keterbukaan informasi publik.
Sementara itu, BEI menetapkan status unusual market activity (UMA) terhadap saham PT Mineral Sumberdaya Mandiri Tbk (AKSI) akibat penurunan harga yang tidak biasa. BEI menegaskan bahwa penetapan UMA tidak serta merta mengindikasikan adanya pelanggaran peraturan pasar modal.
Dalam upaya memastikan integritas pasar, BEI tengah melakukan pengawasan mendalam terhadap pola transaksi saham AKSI. Investor diimbau untuk mencermati jawaban perusahaan atas permintaan konfirmasi dari BEI, kinerja perusahaan, serta keterbukaan informasinya. Selain itu, investor diminta mempertimbangkan rencana aksi korporasi yang belum memperoleh persetujuan RUPS.
Selama sepekan terakhir, harga saham AKSI tercatat anjlok 33,54% ke level Rp214 per saham, dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp154,1 miliar.
"Investor disarankan mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul sebelum mengambil keputusan investasi," pungkas Yulianto.