JAKARTA, investor.id - Tren peningkatan permintaan semen nasional dan penurunan beban utang akan menjadi pendongkrak kinerja keuangan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) pada 2021. Sementara itu, laba bersih perseroan pada 2020 diperkirakan lebih baik dari estimasi semula.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Mimi Halimin mengungkapkan, volume penjualan semen nasional diprediksi pulih pada 2021 setelah melemah sepanjang 2020. Volume penjualan semen nasional tahun 2020 diperkirakan turun 11,3% menjadi 62,1 juta ton. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh dampak pandemic Covid-19, musim hujan pada kuartal IV-2020, libur panjang akhir tahun, dan pilkada serentak.
“Tahun 2021, kami memperkirakan permintaan semen di pasar domestik tumbuh 4%, yang didukung oleh kenaikan anggaran infrastruktur dan pemulihan ekonomi nasional,” tulis Mimi dalam risetnya.
Namun, menurut dia, kenaikan harga jual semen pada 2021 tidak akan tinggi. Sejumlah produsen semen kemungkinan hanya menaikkan harga di daerah tertentu, yang penguasaan pangsa pasarnya besar. Kenaikan harga jual semen tidak bisa dilakukan secara nasional karena permintaan belum pulih total.
Meski demikian, emiten semen tetap bakal menunjukkan kecenderungan peningkatan margin keuntungan. Hal itu seiring mulai normalnya volume produksi dan penjualan semen. Selain itu, harga pembelian batu bara diperkirakan relatif stabil pada 2021.
“Dengan peluang peningkatan permintaan dan harga beli batu bara yang cenderung stagnan, emiten semen memiliki ruang untuk menaikkan margin laba,” jelas dia.
Adapun kelebihan pasokan tetap menjadi tantangan tersendiri hingga beberapa tahun ke depan. Kelebihan pasokan semen nasional ditaksir mencapai 50 juta ton. Sementara, kompetisi penjualan semen diperkirakan tidak berdampak terlalu besar bagi dua produsen semen terbesar di Indonesia.
Terkait prospek Semen Indonesia, Mimi menyebutkan bahwa fase terburuk telah dilewati perseroan, sehingga terbuka peluang penjualan yang pesat pada 2021.
“Kami memperkirakan penjualan semen perseroan akan lebih baik, meskipun pada semester I-2021 masih penuh tantangan,” ungkap dia.
Dalam jangka panjang, Semen Indonesia tetap menjanjikan, seiring masih berlanjutnya pengembangan infrastruktur di dalam negeri. Peningkatan penjualan juga bakal didukung oleh penguatan aktivitas bisnis serta pemulihan ekonomi nasional.
Berbagai faktor tersebut mendorong Mirae Asset Sekuritas untuk mempertahankan rekomendasi beli saham SMGR dengan target harga direvisi naik menjadi Rp 12.650. Target harga tersebut mempertimbangkan ekspektasi kenaikan laba bersih menjadi Rp 3,2 triliun pada 2021 dibandingkan perkiraan tahun 2020 yang senilai Rp 2,21 triliun.
Adapun pendapatan Semen Indonesia pada 2021 diproyeksi naik menjadi Rp 38,49 triliun dibandingkan ekspektasi tahun 2020 yang senilai Rp 35,17 triliun. Tahun 2019, perseroan berhasil membukukan pendapatan dan laba bersih masing-masing Rp 40,36 triliun dan Rp 2,39 triliun.
Di lain pihak, analis BRI Danareksa Sekuritas Maria Renata juga mengungkapkan bahwa tingkat keuntungan Semen Indonesia bakal lebih baik dari estimasi semula. Hal ini mendorong BRI Danareksa Sekuritas untuk merevisi naik target kinerja keuangan Semen Indonesia pada 2021-2022.
Berdasarkan data, setiap penurunan bunga 25 basis poin, laba bersih perseroan bisa naik hingga 2%.
“Revisi naik target laba ditopang oleh penurunan beban keuangan perseroan setelah refinance utang tahun 2019. Peningkatan keuntungan juga dipengaruhi oleh volume penjualan semen perseroan yang diperkirakan bertumbuh,” tulis Maria dalam risetnya.
Dia merevisi naik target laba bersih Semen Indonesia tahun 2020 dari Rp 1,62 triliun menjadi Rp 2,11 triliun. Namun, perkiraan pendapatan direvisi turun dari Rp 36,32 triliun menjadi Rp 35,47 triliun. Margin keuntungan bersih perseroan dinaikkan dari 4,5% menjadi 6%.
Begitu juga dengan perkiraan laba bersih perseroan tahun 2021 direvisi naik dari Rp 1,77 triliun menjadi Rp 2,35 triliun atau merefleksikan kenaikan margin keuntungan bersih dari 4,7% menjadi 6,3%. Namun, perkiraan pendapatan direvisi turun dari Rp 37,99 triliun menjadi Rp 37,65 triliun. Proyeksi pendapatan tersebut mempertimbangkan perkiraan volume penjualan sebanyak 41,38 juta ton.
Revisi naik target keuntungan Semen Indonesia mendorong BRI Danareksa Sekuritas untuk mempertahankan rekomendasi beli saham SMGR dengan target harga Rp 15.600. Target harga tersebut juga mempertimbangkan bahwa tidak adanya perang harga dalam kompetisi penjualan semen di Tanah Air.
Merek Baru
Sebelumnya, Maria Renata dalam risetnya mengungkapkan, berdasarkan hasil pertemuan dengan manajemen Semen Indonesia terungkap bahwa anak usaha perseroan, PT Semen Gresik, akan memperkenalkan merek baru untuk berkompetisi dengan pemain baru, Hongshi Holdings (Semen Singa Merah), di Jawa Timur.
Hal itu bertujuan untuk melindungi merek Semen Gresik sebagai merek premium di Jawa Timur dan menghindari perang harga di wilayah tersebut. Perseroan tidak berniat untuk menurunkan harga jual Semen Gresik seiring hadirnya semen baru di wilayah tersebut.
Berdasarkan data perseroan, Semen Gresik menguasai pangsa pasar sebesar 75% di Jawa Timur. Selain itu, perseroan tidak berniat untuk mengakuisisi pabrik baru dan memfokuskan konsolidasi seluruh grup perseroan.
“Semen Indonesia tidak akan mengorbankan merek Semen Gresik untuk bersaing dengan pemain semen baru di Jawa Timur, Hongshi dengan mereka Singa Merah, dengan harga jual lebih rendah berkisar 15-20% dibandingkan Semen Gresik. Perseroan kemungkinan menggunakan merek baru di bawah grupnya untuk bersaing dengan Hongshi, apabila hal tersebut diperlukan,” ungkap Maria.
Semen Indonesia kini memiliki lima merek, yaitu Semen Gresik, Semen Tonasa, Semen Padang, Semen Andalas, dan Dynamix yang sebelumnya Holcim. Dari kelima brand tersebut, perseroan kemungkinan memperkenalkan Semen Padang di Jawa Timur untuk menghindar penurunan pangsa pasar perseroan di tengah gempuran pemain baru. Semen Padang akan menjadi semen pilihan kedua yang akan bersaing langsung dengan pemain baru tersebut.
Sementara itu, hingga kuartal III-2020, Semen Indonesia Tbk (SMGR) membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,54 triliun atau naik 19,1% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 1,29 triliun. Peningkatan laba bersih tersebut didukung oleh penurunan beban pokok pendapatan.
Adapun pendapatan perseroan hingga kuartal III-2020 turun 8,9% menjadi Rp 25,63 triliun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 28,12 triliun.
Sekretaris Perusahaan Semen Indonesia Vita Mahreyni mengatakan, perseroan berhasil menjaga peningkatan laba bersih sebesar 19,1% sepanjang Januari-September 2020, meskipun permintaan semen turun dan pengembangan proyek infrastruktur melambat akibat pandemi Covid-19.
“Peningkatan kinerja keuangan tersebut dicapai melalui berbagai inisiatif strategis, baik cost leadership, integrasi berbagai fungsi strategis, serta penurunan beban bunga setelah program refinancing dilaksanakan pada semester II tahun 2019,” kata dia dalam keterangan tertulis, belum lama ini.
Meskipun pendapatan turun 8,9%, menurut Vita, Semen Indonesia berhasil membukukan penurunan biaya pendapatan sebesar 11,5% hingga kuartal III-2020 menjadi Rp 17,39 triliun dengan menjaga efisiensi biaya, seperti pengelolaan bahan baku dengan optimalisasi komposisi bahan baku dan bahan penolong, integrasi pemasaran, distribusi, dan fungsi pengadaan, serta memanfaatkan limbah industri sebagai alternatif sumber bahan baku.
Semen Indonesia merupakan badan usaha milik Negara (BUMN) yang menaungi sejumlah anak usaha, antara lain PT Semen Gresik, PT Semen Padang, PT Semen Tonasa, dan Thang Long Cement Company.
Editor : Gora Kunjana (gora_kunjana@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily
Berita Terkait